Tegal
(Koran Kobar)- Sikap penolakan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI terhadap rencana
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan diberlakukan pemerintah per 1
April mendatang mendapat dukungan penuh dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Indonesia (UI). Hal itu dikatakan Destara, salah seorang anggota
BEM UI saat audensi bersama belasan rekannya ke Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI,
pukul 12:25 WIB, Rabu 28 Maret 2012. "Pada prinsipnya, kami BEM UI sangat
sepakat dengan keputusan dan sikap tegas yang diusung F PDI Perjuangan terkait
penolakan kenaikan harga BBM. Namun demikian kedatangan kami dalam forum ini
lebih cenderung ingin mendiskusikan sejumlah hal terkait solusi yang seharusnya
dilakukan pemerintah maupun lembaga legislative disaat kondisi anggaran negara
yang kabarnya sudah sangat mengkhawatirkan dan akan lebih fatal apabila harga
BBM tidak dinaikkan," kata Destara. Lebih jauh dikatakan, bahwa BEM UI
sudah melakukan kajian singkat mengenai dampak kenaiakan harga BBM. Dan sebagai
hasilnya, kenaiakan harga BBM itu dapat disimpulkan sangat merugikan rakyat
secara keseluruhan serta dapat melumpuhkan sendi-sendi perekonomian dalam waktu
yang pasti. "Untuk itu, pemerintah seharusnya lebih berfikir arif
bagaiamana dengan nasib usaha-usaha mikro yang justru sampai hari ini tidak
pernah tertangani secara maksimal daripada berfikir untuk menaikkan harga BBM
yang dasar rencana kenaiakan harga itu dinilai rasional," ujarnya.
Menangapi hal tersebut, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI , Dewi Aryani yang
didampingi sejumlah anggota Fraksi lain, yaitu Daryatmo, Dedi Gumelar, Utut
Adiyanto, Theodorus Jacob Koekerits dan Irfan Syah , mengatakan, bahwa
mahasiswa sebagai garda depan untuk mengawal pembangunan mental bangsa
Indonesia harus benar-benar jeli dan paham terhadap arah kebijakan pemerintah.
Mahasiswa tidak boleh tinggal diam saat melihat adanya ketimpangan kebijakan
pemerintah, khususnya kebijakan menaikan harga BBM, apalagi dengan didasari argumentasi
alasan kenaikan harga BBM yang tidak rasional. Sementara menurut rekan
se-Fraksinya, Daryatmo, pemerintah hanya mengada-ada dengan argumentasi yang
dibangun untuk dan sebagai alasan mendasar merencanakan kenaikan harga BBM.
"APBN tidak apa-apa kok dikhawatirkan terjadi jebol anggaran apabila harga
BBM tidka dinaikkan," ujarnya. Hal senada disampaikan rekan se-Fraksinya
yang lain, TheodorusJacob Koekerits atau yang akrab disapa Ondos. Menurut
Ondos, yang perlu dilakukkan oleh pemerintah untuk memperbaiki system anggaran
Negara adalah bukan dengan menaikan tariff atau harga BBM. Tapi lebih ke upaya
penghem,atan anggaran dengan cara memangkas sejumlah annggaran belanja yang
tidak begitu banyak manfaatnya. Lebih jauh dikatakan, kondisi APBN republic ini
sudah dari dulu selalu seperti itu. Kondisi yang selalu besar pasak daripada
tiang dan berlangsung selama bertahun-tahun. Dengan berharap pendapatan di
tahun berjalan dapat menutup deficit yang terjadi sebelumnya. "Jadi harus
ada bukti kongkrit dari pemerintah dalam berupaya menutup atau membiayai
deficit itu dengan sejumlah kegiatan maupun program yang jitu dalam system
penganggaran yang professional. (Dykky)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar